Memahami Teknologi Deepfake dan Ancaman yang Muncul
Deepfake adalah istilah yang merujuk pada rekayasa digital berupa foto, video, atau audio yang dimodifikasi agar terlihat nyata. Teknologi ini mampu menciptakan konten yang sangat mirip dengan aslinya, bahkan bisa membuat seseorang terlihat berkata atau melakukan sesuatu yang tidak pernah ia ucapkan atau lakukan. Dengan memanfaatkan konsep deep learning dalam AI, deepfake mampu menghasilkan konten dengan realisme tinggi, termasuk tiruan suara, intonasi, hingga gerak-gerik yang sulit dibedakan dari aslinya.
Kehadiran teknologi ini membawa berbagai kekhawatiran, seperti masalah privasi, pencurian identitas, dan misinformasi. Deepfake semakin mengaburkan batas antara fakta dan kebohongan, sehingga sering kali disalahgunakan untuk berbagai kejahatan, seperti penipuan, pencurian identitas, pembobolan sistem biometrik, hingga penyebaran berita palsu. Banyak orang merasa aman karena tidak menggunakan produk AI, padahal teknologi ini bisa mengumpulkan data dari jutaan orang melalui internet, termasuk foto, video, dan rekaman suara yang beredar di media sosial.
Meskipun sulit dihindari sepenuhnya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko. Cara paling sederhana adalah dengan berhati-hati terhadap apa yang dibagikan secara publik. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari ancaman deepfake:
1. Bijak Berbagi di Dunia Maya
Langkah pertama untuk melindungi diri dari ancaman deepfake adalah dengan berhati-hati dalam berbagi informasi pribadi di internet. Batasi informasi pribadi yang dipublikasikan, khususnya foto dan video berkualitas tinggi. Atur privasi media sosial agar hanya orang terpercaya yang bisa melihat unggahan. Dengan demikian, risiko data pribadi digunakan untuk membuat deepfake bisa diminimalkan.
2. Perkuat Privasi dan Keamanan Data
Gunakan pengaturan privasi di berbagai platform untuk membatasi siapa saja yang bisa mengakses foto, video, atau informasi pribadi. Saat membagikan gambar atau video, pertimbangkan untuk memberi watermark digital sehingga jejak rekayasa lebih mudah dilacak. Ini bisa menjadi langkah penting dalam mengidentifikasi apakah suatu konten sudah direkayasa atau tidak.
3. Gunakan Autentikasi Ganda dan Kata Sandi Kuat
Lindungi akun-akun penting dengan autentikasi multi-faktor (MFA). Dengan metode ini, login memerlukan langkah tambahan, seperti pemindaian wajah, kode unik melalui SMS, atau aplikasi autentikasi khusus. Gunakan juga kata sandi yang panjang, kuat, dan unik minimal 16 karakter, lalu simpan dengan aman menggunakan pengelola kata sandi yang dilengkapi MFA. Ini akan memperkuat keamanan akun dan mengurangi risiko akses ilegal.
4. Rutin Perbarui Perangkat dan Waspada Phishing
Pastikan perangkat dan aplikasi selalu diperbarui secara otomatis agar celah keamanan tidak dimanfaatkan peretas. Waspadai juga pesan mencurigakan melalui email, SMS, atau telepon, terutama jika isinya menuntut respons cepat, seperti klaim hadiah atau peringatan peretasan. Kewaspadaan terhadap phishing bisa mencegah kebocoran data pribadi.
5. Jangan Mudah Percaya
Tetap bersikap skeptis terhadap video atau audio yang viral di media sosial, terutama bila sumbernya tidak jelas. Segera laporkan juga konten deepfake yang menyeret individu atau orang terdekat. Dengan tetap waspada dan mengambil tindakan cepat, kita bisa membantu mengurangi dampak negatif dari teknologi ini.