Apakah Mengemudi Perlahan Hemat Bahan Bakar? Ini Faktanya

Mengapa Berkendara Pelan Tidak Selalu Lebih Irit?
Banyak pengendara motor mengira bahwa berkendara dengan kecepatan rendah akan membuat konsumsi bahan bakar lebih irit. Namun, pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Sebaliknya, ada juga yang berpendapat bahwa motor justru boros jika digunakan terlalu lambat karena mesin tidak bekerja pada putaran optimal. Pertanyaannya adalah: apakah motor yang dipakai pelan memang lebih irit dibandingkan yang sering ngebut?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami cara kerja mesin, karakteristik torsi, serta gaya berkendara. Pada dasarnya, efisiensi konsumsi bahan bakar bukan hanya tentang kecepatan, tetapi bagaimana mesin bekerja dalam rentang putaran yang paling optimal.
Berkendara Terlalu Pelan Justru Tidak Efisien
Meski terdengar logis, berkendara terlalu pelan justru bisa membuat konsumsi bahan bakar menjadi tidak efisien. Mesin motor dirancang untuk bekerja optimal pada rentang RPM tertentu, biasanya di kisaran putaran menengah. Jika motor dipaksa berjalan terlalu lambat, putaran mesin berada di bawah area efisiensi, sehingga pembakaran cenderung kurang sempurna. Akibatnya, mesin membutuhkan lebih banyak bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang cukup.
Selain itu, berkendara pelan sering kali membuat pengendara lebih sering melakukan pengereman dan akselerasi. Perpindahan dari kecepatan rendah ke sedang berulang kali adalah salah satu penyebab terbesar borosnya konsumsi bahan bakar. Jadi, pelan bukan jaminan irit—yang menentukan adalah stabil atau tidaknya kecepatan.
Gaya Berkendara Agresif Membuat Konsumsi BBM Naik
Di sisi lain, berkendara dengan gaya agresif, seperti sering membuka-tutup gas secara ekstrem, memang identik dengan konsumsi bahan bakar yang lebih boros. Alasannya sederhana: semakin dalam putaran gas, semakin banyak bahan bakar yang disemprotkan ke ruang bakar. Gaya berkendara agresif membuat mesin harus bekerja lebih keras dan RPM melonjak ke area yang kurang efisien untuk hemat BBM.
Selain itu, kecepatan yang terlalu tinggi meningkatkan hambatan angin secara drastis. Semakin kencang motor melaju, semakin besar tenaga yang dibutuhkan untuk melawan drag udara. Pada kecepatan tertentu, konsumsi bensin bisa naik dua kali lipat dibandingkan saat motor berjalan stabil pada kecepatan menengah.
Kecepatan Ideal untuk Hasil Paling Irit
Agar motor benar-benar irit, kuncinya bukan pelan atau ngebut, tetapi stabil di kecepatan ideal. Hampir semua motor, baik karburator maupun injeksi, memiliki sweet spot efisiensi di rentang 40–60 km/jam. Pada kecepatan ini, RPM berada pada zona efisien sehingga pembakaran lebih sempurna dan tarikan tidak memaksa mesin bekerja terlalu keras. Kecepatan stabil di jalan yang tidak banyak stop-and-go juga membantu motor menjaga konsumsi BBM tetap rendah.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Keiritan Motor
Gaya berkendara halus, akselerasi bertahap, tekanan ban sesuai standar, serta perawatan rutin juga berpengaruh besar terhadap keiritan. Bahkan, motor 150 cc yang dikendarai stabil bisa lebih irit daripada motor 110 cc yang dipakai tersendat-sendat dan penuh akselerasi mendadak.
Kesimpulan
Motor yang dipakai pelan belum tentu lebih irit, sedangkan motor yang sering ngebut memang cenderung boros. Yang paling efisien adalah kecepatan stabil pada rentang optimal dengan gaya berkendara halus dan konsisten. Dengan memahami cara kerja mesin dan mengatur gaya berkendara, pengendara dapat memperoleh hasil yang paling irit tanpa mengorbankan kenyamanan atau keselamatan.









