
AI Masih Jadi Perdebatan, Ini 5 Film yang Diproduksi dengan Teknologi AI
Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Industri Film: Tantangan dan Kontroversi
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam industri film semakin meningkat, meskipun masih memicu perdebatan. Teknologi ini digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai dari visual hingga pengembangan cerita. Seiring dengan perkembangannya, muncul berbagai pro dan kontra terkait etika dan dampaknya terhadap seni.
Berikut adalah beberapa film yang menarik perhatian karena menggunakan teknologi AI:
Roadrunner: A Film About Anthony Bourdain (2021)
Dokumenter tentang kehidupan chef sekaligus presenter kuliner Anthony Bourdain menjadi salah satu film awal yang memicu kontroversi. Sutradara Morgan Neville mengungkap bahwa AI digunakan untuk meniru suara Bourdain dalam beberapa narasi yang tidak pernah direkam sebelumnya. Keputusan ini menuai kritik karena dianggap tidak etis, terlebih tanpa persetujuan langsung dari Bourdain saat hidup.
Kritikus film seperti Christina Newland menyatakan bahwa memanipulasi AI untuk “membangkitkan” orang mati adalah tindakan yang tidak pantas dan tidak etis. Hal ini juga dinilai sebagai penghinaan terhadap seni.
The Brutalist (2024)
Film yang disutradarai Brady Corbet ini menceritakan perjalanan arsitek Hungaria yang pindah ke Amerika Serikat setelah Perang Dunia II. Dalam proses produksinya, AI digunakan untuk merekonstruksi visual era 1940-1950-an agar terlihat lebih autentik. Namun, kritikus menyoroti penggunaan AI dalam penggambaran latar sejarah karena dikhawatirkan mengaburkan batas antara dokumentasi faktual dan manipulasi digital.
Selain itu, aksen tokoh utama László Toth yang diperankan oleh Adrien Brody juga dikritik karena dianggap dipoles menggunakan AI.
Emilia Pérez (2024)
Film musikal karya Jacques Audiard ini bercerita tentang seorang pengacara yang membantu bos kartel narkoba melakukan operasi transgender. Emilia Pérez menggunakan AI untuk meningkatkan jangkauan suara karakter utama yang diperankan Karla Sofía Gascón. Selain itu, aktor tersebut juga mendapat perhatian karena pernyataannya yang dianggap ofensif.
Late Night With the Devil (2024)
Film horor psikologis ini berkisah tentang acara talkshow tahun 1970-an yang berubah mencekam. Kontroversi muncul setelah terungkap adanya penggunaan gambar hasil AI pada segmen grafis dan ilustrasi latar. Sebelum rilis, diskusi di kalangan seniman visual sudah muncul, termasuk kekhawatiran karya mereka dicuri dan digunakan sebagai dataset AI tanpa izin.
Chiranjeevi Hanuman – The Eternal (India, akan dirilis 2026)
Film epik fantasi asal India ini sedang dipersiapkan sebagai salah satu produksi terbesar dengan teknologi efek visual berbasis AI. Hanuman – The Eternal akan memanfaatkan AI untuk menciptakan adegan pertempuran skala besar. Namun, kabar ini memicu kontroversi di kalangan aktor lokal yang khawatir peran manusia semakin tersisih oleh AI.
Sutradara India Vikramaditya Motwane menyampaikan kekhawatirannya terhadap penggunaan AI dalam film. Ia melihat AI sebagai ancaman yang datang dari orang-orang yang memiliki uang dan ingin menghemat biaya produksi. Pernyataan ini menunjukkan ketidaksetujuan terhadap penggunaan teknologi yang dianggap bisa menggantikan peran kreator manusia.
Kesimpulan
Penggunaan AI dalam industri film memberikan peluang baru namun juga menimbulkan tantangan etis dan sosial. Meski teknologi ini dapat meningkatkan kualitas visual dan efisiensi produksi, ia juga menghadirkan isu tentang hak cipta, keaslian karya, dan peran manusia dalam proses kreatif. Masa depan industri film akan sangat bergantung pada bagaimana para kreator dan pemangku kepentingan menghadapi tantangan ini.