
Ini Alasan Konsumen Enggan Membeli Mobil Listrik Bekas
Penjualan Mobil Listrik Bekas Masih Tantangan di Pasaran
Di tengah meningkatnya penjualan mobil listrik baru, pasar mobil bekas masih menghadapi tantangan khusus dalam menjual mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV). Banyak pedagang mobil bekas mengeluhkan kesulitan dalam menentukan harga jual kembali dan minat konsumen yang rendah terhadap mobil listrik bekas.
Menurut pengakuan sejumlah pedagang, keberadaan mobil listrik bekas di pasaran sangat jarang. Mayoritas mobil bekas yang dijual masih berbasis mesin konvensional (internal combustion engine/ICE), baik untuk kategori SUV, MPV, maupun city car. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk sulitnya menentukan harga jual kembali dan ketidakpastian kualitas baterai.
Harga Mobil Listrik Baru yang Semakin Terjangkau
Salah satu alasan utama penjualan mobil listrik bekas yang tidak menarik adalah karena harga mobil listrik baru kini semakin terjangkau. Bahkan, beberapa agen pemegang merek (APM) memberikan potongan harga signifikan, terutama saat pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. Contohnya, sebuah merek mobil listrik yang biasanya dijual dengan harga Rp363 juta, turun menjadi Rp190 jutaan selama pameran tersebut.
“Mobil listrik ini kalau dijual di showroom mobil bekas enggak ada yang laku,” ujar Budi, salah seorang pedagang mobil bekas. Ia menambahkan bahwa konsumen lebih memilih membeli mobil listrik baru yang harganya lebih murah daripada mobil bekas.
Keterbatasan Pasar Mobil Listrik Bekas
Penjualan mobil listrik baru mencatat pertumbuhan signifikan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales mobil listrik murni pada 7 bulan pertama 2025 mencapai 42.178 unit. Angka ini nyaris melampaui capaian penjualan mobil listrik sepanjang 2024, yaitu 43.188 unit.
Beberapa merek seperti BYD, Wuling, Geely, Aion, dan Great Wall Motor (GWM) juga ikut meramaikan pasar mobil listrik Tanah Air. Misalnya, BYD Indonesia meluncurkan model city car terbarunya, BYD Atto 1, dengan harga mulai dari Rp195 juta hingga Rp235 juta OTR Jakarta.
Faktor Penyebab Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok
Entitas Grup Astra, PT Astra Digital Mobil (ADMO) atau OLXmobbi, menyebutkan beberapa faktor penyebab harga mobil listrik bekas anjlok di pasaran. Direktur OLXmobbi Agung Iskandar mengatakan, jumlah mobil listrik bekas di platform OLX masih minim karena mayoritas model mobil listrik di Indonesia baru diluncurkan kurang dari tiga tahun terakhir.
Selain itu, perbandingan antara mobil listrik dan mobil konvensional di OLX adalah 1:1.000. Hal ini membuat harga mobil listrik bekas cenderung turun lebih cepat dibandingkan mobil ICE. Konsumen cenderung lebih memilih mobil listrik baru dengan harga yang lebih terjangkau daripada mobil bekas.
Kualitas Baterai dan Perkembangan Teknologi
Faktor lain yang memengaruhi harga mobil listrik bekas adalah tingkat kualitas baterai. Baterai merupakan komponen utama dalam mobil listrik, dan konsumen khawatir tentang kapasitas baterai yang akan menurun seiring waktu. Biaya penggantian baterai juga sangat mahal, meskipun trennya sedang menurun.
Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai, belum adanya harga acuan standar pasar untuk mobil listrik menjadi salah satu penyebab penurunan harga jual kembali BEV. Selain itu, perkembangan teknologi baterai yang sangat cepat membuat model BEV yang lebih baru seringkali lebih unggul dalam jarak tempuh, waktu pengisian daya, dan fitur manajemen baterai.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, pasar mobil listrik bekas masih menghadapi tantangan besar. Minat konsumen yang rendah, harga jual kembali yang sulit ditentukan, serta masalah kualitas baterai menjadi faktor utama yang memengaruhi penjualan mobil listrik bekas. Namun, dengan peningkatan penjualan mobil listrik baru dan inovasi teknologi, harapan untuk meningkatkan permintaan mobil listrik bekas tetap terbuka.