
Masuk Daftar Pekerjaan Menjanjikan di Masa Depan, Ini 3 Kunci Sukses Peneliti Muda
Di tengah kekhawatiran bahwa sejumlah pekerjaan akan hilang di masa depan, peneliti atau ilmuwan menjadi salah satunya yang berpotensi bisa bertahan.
Ilmuwan dan peneliti menjadi tonggak untuk menemukan inovasi baru terkait suatu masalah atau penemuan yang belum ada sebelumnya.
Oleh karena itu, masih diperlukan wawasan dan keterampilan manusia untuk mewujudkan hal tersebut. Apalagi, melihat AI (Artificial Intelligence) memasukan data berdasarkan apa yang telah diciptakan oleh manusia.
Misalnya, dari bidang kesehatan. Tidak menutup kemungkinan AI bisa membantu untuk diagnosis penyakit berdasarkan analisis kumpulan data yang ada. Tapi, untuk menciptakan sebuah penemuan baru, masih memerlukan penelitian medis oleh manusia.
Future Jobs Report dari World Economic Forum juga memprediksi sejumlah pekerjaan yang akan mengalami pertumbuhan pesat setidaknya hingga tahun 2030.
Dalam daftar tersebut, ada peneliti, membuatnya memiliki prospek baik di masa mendatang.
Contoh lain datang dari peneliti energi terbarukan yang menjadi isu penting dalam kemasyarakatan hingga beberapa tahun ke depan.
Dilansir dari BBC UK, Minggu (24/8/2025) diperlukan ilmuwan untuk bisa mengembangkan teknologi agar bisa bergerak menuju pasokan energi baru.
Di Indonesia sendiri, ada seorang ilmuwan muda asal Institut Teknologi Bandung (ITB), Grandprix Thomryes Marth Kadja, yang melakukan penelitian material nano untuk energi berkelanjutan. Namanya pun masuk dalam daftar ilmuwan Top 2% Dunia versi Elsevier dan Stanford University.
Dilansir dari laman resmi ITB, Grandprix pun sangat mendukung semangat riset bagi peneliti muda. Ia juga membagikan sejumlah trik atau kiat-kiat yang bisa ditiru agar bisa sukses dalam bidang penelitian.
Andalkan fasilitas yang ada
Saat membahas perihal tantangan, dosen Kelompok Keahlian Kimia Anorganik dan Fisik asal ITB ini mengungkap bahwa tentu ada. Salah satunya perihal keterbatasan bahan dan fasilitas.
Akan tetapi, hal ini tidak menjadi halangan baginya untuk terus berkarya. Menurutnya, mengusahakan yang terbaik dari apa yang dimiliki adalah salah satu kunci atas keterbatasan yang dimiliki.
“Kami selalu mengusahakan apa yang bisa dikerjakan dengan fasilitas yang kami miliki. We make the best out of what we have,” ujarnya, dikutip dari laman ITB, Minggu (24/8/2025).
Kolaborasi dengan kolega
Membentuk jaringan yang luas adalah salah satu kunci sukses untuk bertahan hidup. Dilansir dari laman Harvard, berjejaring adalah kunci menuju mentorship, magang, hingga karier jangka panjang.
Sejalan dengan itu, kamu juga berpotensi mendapatkan hubungan baik dengan kolega-kolega yang bisa mendukung penelitian.
Grandprix menekankan pentingnya kerja sama dengan kolega-kolega di luar negeri. Tenty, hal ini bisa memperluas fasilitas, akses, hingga wawasan untuk mendukung potensi yang dimiliki.
Selain, kolega internasional, tentu adanya dukungan dari pihak kampus dan lingkungan akademik, menopang keberhasilan risetnya sampai di titik ini.
Jangan merasa rendah
Meskipun, umur bisa saja lebih muda dibandingkan peneliti-peneliti hebat lainnya yang sudah terjun lama dalam bidang ini, jangan membuat hal tersebut jadi faktor yang mengecilkan semangatmu.
“Muda itu bukan soal usia saja, tapi tentang semangat yang membara dan tidak pernah padam. Kita tidak boleh merasa kecil karena masih muda,” jelasnya.
Dengan begitu, tidak ada salahnya untuk memulai potensi dan karier peneliti dari sekarang jika kamu tertarik.
Layaknya, ilmuwan asal ITB ini yang sudah melakukan perjalanan riset panjang sejak masa kuliah tingkat sarjana dan terus berkembang hingga dapat berkolaborasi dengan berbagai institusi internasional.
Beberapa diantaranya, National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), Kyushu University (Jepang), hingga kini dengan Harvard University (Amerika Serikat).