
Mengapa Suzuki Tidak Gunakan Transmisi CVT di Mobilnya
Alasan Suzuki Menghindari Transmisi CVT pada Mobil Matiknya
Di Indonesia, sebagian besar mobil matik dari Suzuki seperti Ertiga, XL7, Grand Vitara, hingga Fronx tidak menggunakan transmisi CVT yang umum digunakan oleh banyak pesaing. Alih-alih, Suzuki memilih dua jenis transmisi lain, yaitu otomatis konvensional (AT) dengan torque converter atau AGS (Auto Gear Shift) yang berbasis transmisi manual namun dioperasikan secara otomatis. Pertanyaannya adalah, mengapa Suzuki memilih pendekatan ini?
Keputusan ini bukan tanpa alasan. Ada beberapa pertimbangan teknis dan strategis yang mendasari pilihan Suzuki, termasuk daya tahan, biaya perawatan, serta karakter berkendara yang ingin mereka pertahankan. Selain itu, jika melihat sejarahnya, Suzuki pernah mencoba menggunakan CVT di pasar Indonesia lewat model Celerio, tetapi akhirnya memutuskan untuk beralih.
Faktor Ketahanan dan Keandalan
Suzuki dikenal memiliki reputasi mobil yang tangguh dan minim masalah, terutama di pasar negara berkembang seperti Indonesia. Meskipun transmisi CVT memiliki keunggulan dalam efisiensi bahan bakar dan kenyamanan tarikan yang halus, CVT juga lebih rentan terhadap kualitas oli dan cara berkendara. Jika tidak dirawat dengan benar atau digunakan dalam kondisi lalu lintas yang sering berhenti dan mulai, CVT bisa mengalami keausan lebih cepat.
Oleh karena itu, Suzuki memilih transmisi otomatis konvensional atau AGS karena lebih tahan banting. Kedua jenis transmisi ini dirancang untuk menghadapi kondisi jalan yang beragam, beban angkut, dan kebiasaan berkendara di Indonesia. Bagi Suzuki, keandalan jangka panjang menjadi nilai jual utama yang ingin mereka tawarkan kepada konsumen.
Biaya Perawatan yang Lebih Terjangkau
Perbaikan transmisi CVT biasanya memerlukan biaya yang cukup tinggi dan suku cadang khusus. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi banyak konsumen di Indonesia, terutama yang memperhatikan biaya servis saat membeli mobil. Dengan memilih transmisi AT konvensional atau AGS, Suzuki dapat menawarkan biaya perawatan yang lebih ramah di kantong.
Selain itu, teknisi di jaringan bengkel resmi Suzuki sudah terbiasa menangani jenis transmisi ini, sehingga proses perbaikan lebih cepat dan suku cadang lebih mudah ditemukan. Hal ini memberikan keuntungan tambahan bagi pemilik kendaraan Suzuki dalam hal aksesibilitas dan waktu perbaikan.
Karakter Berkendara Sesuai Pasar
Suzuki juga mempertimbangkan preferensi pengemudi lokal. Sebagian besar pengemudi di Indonesia lebih menyukai sensasi perpindahan gigi yang terasa, terutama pada mobil keluarga. Transmisi AT konvensional memberikan respons yang lebih “berisi” saat berakselerasi dibandingkan CVT yang terasa linear. Sementara AGS, meskipun berbasis transmisi manual, menawarkan efisiensi bahan bakar dengan kemudahan mengemudi ala matik.
Karakteristik ini sesuai dengan citra Suzuki sebagai mobil yang praktis, hemat, namun tetap memiliki tenaga yang cukup untuk digunakan di dalam maupun luar kota. Dengan demikian, Suzuki tidak hanya memenuhi kebutuhan pengemudi, tetapi juga menjaga identitas mereknya.
Kesimpulan
Dengan mengutamakan ketahanan, biaya perawatan yang lebih terjangkau, dan karakter berkendara yang sesuai dengan selera pasar Indonesia, Suzuki memilih untuk tidak menggunakan transmisi CVT pada mobil-mobil matiknya. Meskipun tren industri mobil saat ini cenderung mengarah ke CVT, Suzuki memilih jalannya sendiri dengan tetap mempertahankan filosofi mobil yang tahan lama dan mudah dirawat.