Canggih! China Ciptakan Robot yang Bisa Melahirkan Bayi

Teknologi yang Mengubah Dunia: Robot yang Bisa Hamil dan Melahirkan Bayi Manusia

Pernahkah Mama membayangkan suatu hari nanti ada robot yang bisa hamil dan melahirkan bayi manusia? Kedengarannya seperti cerita fiksi, namun ternyata hal ini sedang dikembangkan secara nyata di Tiongkok. Proyek futuristik ini diperkenalkan oleh perusahaan Kaiwa Technology yang dipimpin oleh Dr. Zhang Qifeng dalam ajang World Robot Conference 2025 di Beijing.

Robot tersebut dilengkapi dengan rahim buatan serta sistem nutrisi canggih yang dirancang untuk meniru proses kehamilan secara utuh. Dalam perut robot terdapat rahim buatan, cairan ketuban sintetis, dan sistem penyalur nutrisi lewat selang khusus. Teknologi ini memungkinkan proses pembuahan, pembentukan organ janin, hingga tahap melahirkan berlangsung di dalamnya.

Harganya sekitar 100 ribu yuan, sehingga banyak orang mulai membandingkannya dengan biaya IVF atau surrogacy. Dari sisi inovasi, langkah ini memang terdengar luar biasa berani. Namun, para ahli tetap mengingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menyebutnya aman bagi manusia. Sampai saat ini, robot kehamilan ini masih sebatas konsep yang terus diuji coba sebelum bisa benar-benar digunakan.

Risiko Medis dan Masalah Etika

Meski terdengar sangat canggih, para ahli justru menyoroti risiko medis yang mungkin muncul. Dr. Yi Fuxian dari University of Wisconsin–Madison menekankan bahwa kehamilan adalah proses yang amat kompleks, sehingga sulit sekali benar-benar digantikan oleh sebuah robot.

Selain sisi medis, tantangan besar juga muncul di ranah etika. Banyak yang khawatir kalau kehamilan buatan bisa mengurangi makna keibuan, bahkan berpotensi melemahkan ikatan emosional antara ibu dan anak. Pertanyaan soal siapa yang bertanggung jawab bila terjadi masalah dalam proses ini pun masih menjadi perdebatan.

Regulasi dan Hukum Masih Abu-abu

China memiliki aturan ketat yang melarang praktik surrogacy atau ibu pengganti. Robot kehamilan ini dinilai bisa jadi celah baru yang dianggap “legal” untuk pasangan yang mencari alternatif. Kaiwa Technology bahkan sudah bekerja sama dengan pemerintah Guangdong untuk membicarakan aspek hukum dan etikanya. Namun hingga kini, belum ada aturan jelas yang mengatur hal ini.

Pertanyaan besar pun muncul: dari mana sel telur diperoleh, bagaimana pembuahan dilakukan, dan siapa yang sah disebut orang tua si bayi? Tanpa kejelasan, teknologi ini terdengar masih meragukan untuk bisa dipakai secara luas dan legal.

Pro dan Kontra di Masyarakat

Sejak diumumkan mengenai robot kehamilan ini, media sosial di China langsung heboh dengan dipenuhi banyak komentar. Sebagian orang menyambut dengan optimis karena dianggap bisa jadi harapan baru untuk pasangan infertil atau perempuan dengan risiko kesehatan tinggi jika hamil.

Namun, ada juga yang melihatnya sebagai cara meringankan beban fisik perempuan saat mengandung. Di sisi lain, banyak juga yang menolak. Kekhawatiran soal hilangnya bonding antara ibu dan anak hingga potensi komersialisasi kelahiran jadi sorotan besar.

Pengembangan Teknologi Lama dengan Konsep Baru

Meski terdengar futuristik, ide rahim buatan sebenarnya sudah lama dikembangkan. Peneliti di Philadelphia misalnya, pernah membuat “biobag” untuk membantu anak domba prematur tumbuh di luar rahim. Hasilnya memang sukses, namun hanya dilakukan di fase akhir kehamilan, bukan sejak pembuahan.

Konsep ini memang sudah lama dibicarakan, namun belum ada yang benar-benar mampu menggantikan kehamilan manusia secara utuh. Tentunya ini menjadi pemikiran dan rencana teknologi yang lebih berkembang di masa depan. Namun yang jelas masih butuh waktu panjang sebelum benar-benar teknologi ini bisa diwujudkan dan dipergunakan secara nyata.

Exit mobile version