Harga ETH Mendekati Rp 80 Juta, Bitcoin Kehilangan Peminat

Ethereum Mengalami Peningkatan Signifikan

Ethereum kini berada di tengah perhatian pasar. Harga aset kripto yang merupakan yang terbesar kedua di dunia ini berhasil mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, melebihi USD 4.878 atau sekitar Rp 79,4 juta per koin pada Sabtu (23/8). Ini adalah pertama kalinya Ethereum mencetak all-time high (ATH) sejak November 2021.

Peningkatan harga Ethereum terjadi karena ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat. Dalam pidatonya di simposium ekonomi Jackson Hole, Jumat malam waktu setempat, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa risiko terhadap lapangan kerja kini meningkat dan kebijakan suku bunga yang terlalu tinggi bisa memperlambat ekonomi. Pernyataan tersebut langsung memicu lonjakan harga kripto secara umum.

Ethereum menjadi bintang utama dalam reli ini. Dalam 24 jam terakhir, ETH naik hampir 10 persen dan kini berada di kisaran USD 4.700 atau Rp 76,6 juta. Investor besar dan manajer aset mulai membicarakan potensi ETH untuk melewati angka psikologis USD 5.000 atau sekitar Rp 81,5 juta.

“Kami tetap optimis terhadap ETH. Ini saat yang tepat. Narasi dovish dari Powell telah membuka jalan bagi Ethereum untuk menuju USD 5.000,” ujar Sam Gaer dari Monarq Asset Management.

Selain dukungan dari The Fed, Ethereum juga mendapat angin segar dari sektor institusi. Data dari SoSoValue menunjukkan arus masuk ETF Ethereum dalam beberapa hari terakhir mencapai USD 287,6 juta (Rp 4,7 triliun), mengalahkan Bitcoin yang justru mencatatkan arus keluar sebesar USD 194,3 juta (Rp 3,1 triliun).

Fenomena ini diperkuat dengan peristiwa mengejutkan di blockchain: sebuah wallet Bitcoin yang tidur selama tujuh tahun tiba-tiba aktif dan menjual sebagian besar aset BTC-nya. Wallet tersebut menukar sekitar 100.784 BTC menjadi 62.914 ETH senilai USD 270 juta atau Rp 4,4 triliun, ditambah posisi derivatif senilai USD 580 juta (Rp 9,4 triliun). Total nilai peralihan dari BTC ke ETH diperkirakan mencapai Rp 13,8 triliun.

Menurut analis dari Lookonchain, wallet tersebut kemungkinan dimiliki oleh satu entitas yang terhubung ke beberapa dompet besar lain. “Langkah ini menunjukkan kepercayaan besar pada pertumbuhan Ethereum dibanding Bitcoin, terutama di sektor DeFi dan smart contract.”

Sentimen serupa disuarakan oleh investor institusi lainnya. Spencer Yang dari BlockSpaceForce menilai bahwa ETH, bersama BNB, SOL, dan LINK, akan menjadi proyek utama yang diuntungkan dari gelombang pemangkasan suku bunga. “Kami melihat pemangkasan pertama akan dilakukan September ini, dan ini akan membuka pintu untuk reli kripto hingga akhir tahun.” Bahkan menurutnya, ini adalah pemangkasan suku bunga pertama sejak Donald Trump kembali menjabat Presiden tahun ini.

Tidak hanya Ethereum, BNB juga mencatat rekor tertinggi setelah China Renaissance, bank investasi besar asal Hong Kong, membeli BNB senilai USD 100 juta atau Rp 1,63 triliun. Token milik Binance ini langsung melonjak ke harga USD 899 atau Rp 14,6 juta per koin.

Changpeng Zhao, pendiri Binance, menyambut positif langkah tersebut. “China Renaissance membeli BNB senilai USD 100 juta. Ini lebih dari sekadar investasi, tapi kerja sama jangka panjang yang memperkuat ekosistem,” tulisnya di X.

Sementara itu, analis teknikal mencatat bahwa BNB berhasil menembus level resistance sebelumnya di kisaran USD 780–800 dan kini menjadikan zona tersebut sebagai support baru. Jika momentum ini bertahan, peluang BNB menuju USD 1.000 atau Rp 16,3 juta dalam waktu dekat terbuka lebar.

Kembali ke Ethereum, meski reli masih kuat, analis seperti Steve Lee dari Neoclassic Capital mengingatkan agar investor tidak terlena. Menurutnya, pasar ekuitas yang overheat dan kualitas buruk dari beberapa proyek digital asset treasury (DAT) bisa menjadi risiko dalam jangka menengah.

Namun untuk saat ini, sinyalnya cukup jelas: Ethereum sedang berada di jalur emas, dan investor besar tampaknya siap mempertaruhkan segalanya demi masa depan jaringan ini.

Exit mobile version