Teknologi Digital yang Menyimpan Ancaman Tersembunyi
Di era digital saat ini, kemudahan akses terhadap teknologi telah memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Namun di balik itu, muncul ancaman baru yang semakin canggih dan sulit dikenali. Salah satu bentuk ancaman yang kini menjadi perbincangan hangat adalah penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI) dengan teknik deepfake. Teknologi ini memungkinkan pembuatan wajah dan suara palsu yang sangat mirip dengan aslinya, sehingga bisa menipu siapa saja yang tidak waspada.
Penipuan Berbasis Deepfake yang Menyerang Artis Terkenal
Salah satu korban yang menjadi sorotan adalah Raffi Ahmad, seorang artis ternama yang dikenal sebagai sosok dermawan. Dalam kasus ini, wajah dan suara Raffi Ahmad dipalsukan untuk menipu calon korban melalui panggilan video. Seorang warganet menceritakan pengalamannya yang nyaris tertipu. Ia menerima panggilan dari nomor tak dikenal, dan tiba-tiba wajah Raffi Ahmad muncul di layar ponselnya. Suaranya pun terdengar seperti aslinya, bahkan menggunakan kalimat-kalimat religius yang membuatnya merasa yakin bahwa panggilan tersebut benar-benar berasal dari Raffi Ahmad.
Dengan ekspresi yang meyakinkan, sosok palsu itu mengucapkan salam dengan ucapan “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” dan langsung bertanya tentang asal daerah serta nama korban. Ia menyampaikan pesan dengan kesan terburu-buru agar korban tidak sempat berpikir panjang. Tak lama kemudian, penipu itu mengumumkan bahwa korban telah memenangkan hadiah senilai Rp 100 juta dari Raffi Ahmad. Ucapan tersebut disampaikan dengan nada ramah dan penuh kepercayaan.
Strategi Penipuan yang Menggunakan Nasehat Religius
Tidak hanya wajah dan suara yang dimanipulasi, penipu juga menyisipkan nasehat religius untuk menciptakan rasa percaya pada korban. Mereka berharap dengan cara ini, korban akan lebih mudah percaya dan terjebak dalam skenario yang dirancang. Contohnya, penipu mengucapkan: “Saya ucapkan selamat bagi kamu dan semoga hadiah ini bisa bermanfaat dan dapat membantu memenuhi kebutuhan kamu sekeluarga ya. Setelah ini bersyukurnya diperbanyak dan ingat bersedekah harus kamu utamakan jangan sampai lupa ya.”
Setelah korban mulai percaya, langkah berikutnya adalah mengarahkan mereka untuk melanjutkan komunikasi via WhatsApp. Di sana, penipu biasanya meminta data pribadi, nomor rekening, hingga uang dengan dalih biaya administrasi. Hal ini menunjukkan bahwa penipuan tidak hanya dilakukan secara langsung melalui panggilan video, tetapi juga melalui media chat yang lebih privasi dan mudah diakses.
Keberadaan Deepfake yang Semakin Mudah Diakses
Kasus ini menjadi pengingat bahwa teknologi deepfake kini tidak lagi menjadi hal yang sulit diakses. Banyak orang bisa membuat wajah dan suara palsu dengan alat atau aplikasi yang tersedia secara online. Sosok Raffi Ahmad yang dikenal baik dan dermawan dipilih karena membuat penipuan terasa lebih meyakinkan. Ini menunjukkan bahwa penipu tidak hanya mengandalkan teknologi, tetapi juga memanfaatkan reputasi seseorang untuk menciptakan kepercayaan.
Pentingnya Verifikasi dan Kewaspadaan
Peristiwa ini juga menegaskan bahwa apa yang kita lihat dan dengar, bahkan lewat panggilan video, belum tentu nyata. Oleh karena itu, verifikasi dan sikap waspada menjadi benteng utama menghadapi kejahatan siber di masa kini. Jika ada hal yang terasa mencurigakan, sebaiknya segera memverifikasi informasi tersebut melalui sumber yang terpercaya atau menghubungi pihak terkait secara langsung. Dengan begitu, kita bisa menghindari jebakan yang bisa saja mengakibatkan kerugian besar.