Tanya Penyakit ke AI, Justru Alami Halusinasi

Bahaya Mengikuti Saran AI Tanpa Pemeriksaan Lebih Lanjut

Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan kecepatan dan akurasi yang tinggi, banyak orang mempercayai jawaban yang diberikan oleh AI. Namun, tidak semua informasi yang diberikan oleh AI bisa diandalkan, terutama ketika berkaitan dengan kesehatan.

Salah satu contoh nyata adalah kasus seorang pria berusia 61 tahun di Amerika Serikat yang harus dirawat di rumah sakit karena mengalami halusinasi parah. Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya memverifikasi informasi sebelum mengambil tindakan berdasarkan saran yang diberikan oleh AI.

Pria tersebut awalnya ingin mengurangi asupan garam untuk mencegah penyakit tekanan darah tinggi. Ia kemudian bertanya kepada AI di ponselnya tentang alternatif pengganti garam. AI memberi jawaban bahwa natrium bromide bisa digunakan sebagai pengganti garam. Tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut, pria itu langsung membeli natrium bromide. Bahan ini memiliki penampilan mirip garam, sehingga mudah disalahpahami.

Setelah menggunakan natrium bromide selama sekitar tiga bulan, kondisi pria tersebut mulai memburuk. Keluarga dan teman-temannya terkejut melihat perubahan sikap yang drastis. Ia menjadi paranoid, selalu curiga pada orang lain, dan bahkan mengalami halusinasi. Akhirnya, ia harus masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Awalnya, dokter bingung karena tidak ada riwayat gangguan mental pada pasien tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, ditemukan bahwa pria itu keracunan bromide. Meskipun kondisi ini bisa disembuhkan dengan pengobatan rutin, kejadian ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat.

Bromide, meskipun memiliki manfaat dalam industri tertentu seperti bahan dasar pembuatan kaporit, tidak boleh dikonsumsi manusia. Kaporit biasanya digunakan untuk membersihkan air kolam renang. Penggunaan bromide sebagai bahan makanan jelas sangat berbahaya.

Perlu diingat bahwa AI hanya mencomot informasi yang tersedia di internet tanpa kemampuan memverifikasi keakuratannya. Oleh karena itu, para ahli kesehatan menyarankan agar tidak mengandalkan AI untuk pertanyaan yang berkaitan dengan kesehatan. Jawaban yang diberikan oleh mesin bisa saja tidak sesuai dengan fakta atau tidak cocok dengan konteks yang ditanyakan.

Kesalahan dalam mengikuti saran AI bisa berdampak serius, bahkan menyebabkan kehilangan nyawa. Maka dari itu, penting untuk selalu berhati-hati dan mencari konfirmasi dari sumber yang dapat dipercaya, seperti dokter atau ahli medis.

Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi semua orang. Teknologi AI memang membantu, tetapi tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya sumber informasi. Selalu lakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan ahli sebelum mengambil tindakan berdasarkan saran AI.

Exit mobile version