BRIN Ciptakan Sistem AI untuk Mendeteksi Malaria Lebih Cepat dan Akurat

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memperluas pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) di berbagai sektor strategis, salah satunya bidang kesehatan publik. Inovasi terbarunya adalah sistem pendukung diagnosis malaria berbasis AI yang mampu mengidentifikasi infeksi secara otomatis melalui citra mikroskopis darah.

Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) BRIN, Anto Satriyo Nugroho, menjelaskan bahwa sistem tersebut dibangun dengan data dari berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini memungkinkan AI untuk mengenali beragam jenis parasit malaria yang tersebar secara endemik di tanah air.

“Menariknya, kami menggunakan pendekatan morpho-geometrical feature extraction yang memungkinkan AI mengenali ukuran serta bentuk sel darah yang terinfeksi,” kata Anto dalam pernyataan tertulis, Rabu, 8 Maret 2025.

Meski begitu, Anto mengakui ada tantangan besar dalam pengembangan sistem ini. Salah satunya adalah variasi bentuk parasit malaria sepanjang siklus hidupnya, yang kerap menyulitkan proses diagnosis konvensional.

“Tahapan hidup parasit yang kompleks adalah tantangan nyata dalam deteksi akurat. Namun kami optimistis, riset dan pengembangan AI secara konsisten akan menghasilkan alat bantu diagnosis yang sangat dibutuhkan dalam program eliminasi malaria nasional,” ujarnya.


AI untuk Kesehatan Publik Hingga Keamanan

Anto juga menegaskan bahwa riset AI BRIN dirancang untuk mendukung, bukan menggantikan peran manusia, terutama dalam sektor-sektor vital seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan.

Salah satu implementasi konkret teknologi AI adalah Sistem Otentikasi Biometrik Mobil Otomatis (MAMBIS) milik Kepolisian RI. Sistem ini membantu proses identifikasi korban kecelakaan atau bencana melalui pemindaian sidik jari—baik langsung maupun dari jejak terpendam—serta pengenalan iris mata.

“Setiap Polres kini memiliki dua unit MAMBIS untuk identifikasi korban secara cepat di lokasi kejadian,” jelas Anto.


Deteksi Wajah hingga KTP Elektronik

Contoh lain pemanfaatan AI adalah teknologi pengenalan wajah (face recognition) di Stasiun Solo Balapan. Sistem ini mempercepat proses verifikasi penumpang ke peron hanya dalam satu detik, jauh lebih efisien dibanding prosedur manual yang membutuhkan waktu lima detik.

Inisiatif ini melibatkan kolaborasi lintas lembaga, seperti Kementerian Dalam Negeri dalam spesifikasi teknis KTP elektronik, Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk penyusunan SNI biometri, serta dukungan dari sektor industri dan BRIN dalam pengembangan sistem otentikasi.

“Kunci keberhasilan pengembangan AI adalah sinergi antara peneliti, pemerintah, dan industri. Dengan basis data lokal dan tenaga ahli nasional, kami bisa menghasilkan teknologi yang canggih sekaligus relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia,” tutup Anto.


AI bukan sekadar tren global, tapi instrumen strategis dalam menyelesaikan masalah nyata di Indonesia. Dengan pendekatan kolaboratif dan inovasi berkelanjutan, BRIN menegaskan komitmennya dalam menjadikan teknologi sebagai alat bantu utama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Back to top button
Close

Adblock Terdeteksi

LidahTekno.com didukung oleh iklan Google Adsense untuk menyediakan konten bagi Anda.Mohon pertimbangkan untuk menonaktifkan AdBlocker atau menambahkan kami ke dalam whitelist Anda agar kami dapat terus memberikan informasi dan tips teknologi terbaik.Terima kasih atas dukungan Anda!