
Pertama Kalinya, Pendapatan Iklan Konten Kreator Melebihi Media Tradisional
Kepemimpinan Kreator Konten dalam Dunia Iklan Digital
Konten digital kini menjadi pusat perhatian pengiklan di seluruh dunia. Platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi video atau foto, tetapi juga menjadi sumber pendapatan iklan yang signifikan. Dalam laporan terbaru, diperkirakan bahwa pendapatan iklan dari konten buatan kreator akan melampaui media tradisional pada tahun ini.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa 2025 akan menjadi tahun pertama di mana lebih dari separuh pendapatan iklan berasal dari konten yang dibuat oleh individu, bukan dari media tradisional seperti televisi, koran, atau bioskop. Perubahan ini disebut sebagai “pergeseran budaya besar” dalam dunia media.
Pendapatan Kreator Konten Meningkat Signifikan
Menurut data yang dirilis, pendapatan dari kreator konten tahun ini diperkirakan mencapai 184,9 miliar dollar AS (sekitar Rp 3.012 triliun). Angka ini naik sekitar 20 persen dibandingkan tahun 2024. Prediksi WPP Media menyebutkan bahwa pada 2030, total pendapatan kreator digital akan melonjak lebih dari dua kali lipat, menjadi 376,6 miliar dollar AS (sekitar Rp 6.121 triliun).
Perubahan ini sejalan dengan tren penggunaan ponsel dan media sosial yang semakin meningkat. Orang lebih memilih mengonsumsi konten melalui platform digital daripada menonton acara TV atau membaca koran. Jika tren ini terus berlanjut, kreator konten akan semakin menjadi target utama pengiklan, sekaligus mengubah struktur bisnis media.
Konten yang Lebih Personal dan Terpersonalisasi
Salah satu alasan kreator semakin diminati adalah karena sifat konten mereka yang lebih personal. Penonton merasa lebih dekat dengan kreator yang mereka ikuti karena kontennya sesuai minat atau pandangan tertentu. Laporan WPP Media menyebutkan bahwa konsumsi konten kini semakin dipersonalisasi. Orang bisa memilih untuk hanya mengikuti kreator di bidang tertentu, mulai dari teknologi, kecantikan, olahraga, hingga politik.
Beda halnya dengan media tradisional yang biasanya menyajikan konten luas dan lebih diatur oleh regulasi objektivitas serta standar jurnalistik. Akibatnya, keputusan pembelian konsumen pun ikut dipengaruhi. Banyak orang yang melihat rekomendasi produk dari kreator sebagai perpanjangan dari gaya hidup atau keyakinan mereka sendiri.
Tantangan bagi Media Tradisional
Perubahan arus iklan ini membuat media tradisional kian tertekan. Beberapa stasiun televisi di Inggris, misalnya, harus melakukan efisiensi besar-besaran dan memangkas program. ITV, jaringan televisi komersial di Inggris, dilaporkan mengurangi acara siang hari dan merumahkan ratusan karyawan. Sementara Channel 4 memilih strategi baru dengan membuat studio in-house sekaligus memperbanyak distribusi konten di TikTok dan YouTube untuk menarik pemirsa muda.
Douglas McCabe, CEO Enders Analysis, menyebut fenomena ini sebagai perubahan budaya besar dalam waktu singkat. “Pendapatan iklan telah mengikuti pola tersebut,” kata Douglas McCabe. “Dengan menurunnya lalu lintas rujukan (pencarian daring), sektor jurnalisme menghadapi tantangan besar.”
Dominasi Perusahaan Teknologi
Sebagai tanda lain dari perubahan besar yang sedang terjadi, hanya lima perusahaan teknologi yang menyumbang 54 persen dari seluruh pendapatan tahun 2024. Kelimanya adalah Google, Meta, ByteDance (induk TikTok), Amazon, dan Alibaba. Hal ini menunjukkan bahwa dominasi perusahaan teknologi semakin kuat dalam dunia iklan digital.
Dengan perkembangan ini, kreator konten semakin menjadi bagian penting dalam industri iklan. Mereka tidak hanya memengaruhi tren konsumsi konten, tetapi juga menjadi salah satu penggerak utama pendapatan iklan global. Perubahan ini akan terus berlangsung, dan media tradisional harus segera beradaptasi agar tidak tertinggal.