
Data Pengguna Kripto Bocor di Dark Web, Termasuk dari Ledger, Gemini, dan Robinhood
Dunia kripto kembali diguncang oleh isu kebocoran data. Informasi pribadi milik pengguna dari beberapa platform utama seperti Ledger, Gemini, dan Robinhood dilaporkan telah tersebar luas di dark web. Data yang bocor meliputi nama lengkap, lokasi tinggal, nomor kontak, alamat surel, hingga detail sensitif lainnya.
Dibagikan di Platform X oleh Akun Dark Web Informer
Kabar ini pertama kali diungkap oleh akun Dark Web Informer melalui platform X pada Minggu, 13 April 2025. Dalam unggahan tersebut, disertakan tangkapan layar dari pelaku yang mengaku menjual data pengguna dari berbagai platform kripto ternama.
Menurut keterangan dari unggahan itu, sebagian besar korban berasal dari Amerika Serikat, yang memang merupakan negara dengan jumlah pengguna terbanyak di Gemini dan Robinhood.
Belum Ada Tanggapan Resmi dari Perusahaan Terkait
Hingga laporan ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Ledger, Gemini, maupun Robinhood terkait dugaan kebocoran data ini. Namun, ini bukanlah kejadian pertama bagi mereka.
Pada tahun 2021, Robinhood pernah mengalami serangan siber yang menyebabkan bocornya lebih dari 5 juta alamat surel dan sekitar 2 juta nama pengguna. Insiden itu terjadi setelah seorang pegawai di layanan konsumen menjadi korban serangan social engineering.
BeInCrypto: Lebih dari 100 Ribu Pengguna Jadi Korban
Menurut laporan dari BeInCrypto yang diterbitkan pada Senin, 14 April 2025, diperkirakan lebih dari 100 ribu pengguna terdampak dalam insiden ini. Selain Amerika Serikat, korban juga berasal dari negara-negara lain seperti Singapura dan Inggris.
BeInCrypto juga mencatat lonjakan keluhan dari pengguna platform X yang mengaku menjadi korban serangan phishing. Mereka menerima pesan teks yang mengatasnamakan Binance dan menyertakan kode autentikasi dua langkah (2FA), sehingga tampak sah dan meyakinkan.
Bukan Karena Peretasan, tapi Phishing
Menurut tim keamanan siber dari Dark Web Informer, kebocoran ini kemungkinan besar bukan hasil dari peretasan langsung terhadap sistem milik perusahaan. Mereka menduga metode phishing menjadi akar masalah—teknik penipuan yang memanfaatkan identitas palsu untuk mengelabui pengguna agar memberikan data secara sukarela.
“Teruslah berhati-hati—mungkin informasi pribadi Anda telah terdapat di dark web,” tulis akun Dark Web Informer dalam unggahannya.
Ancaman Semakin Canggih Berkat Teknologi AI
Ancaman ini semakin kompleks dengan adanya teknologi kecerdasan buatan (AI). Peretas kini dapat menggunakan deepfake dan identitas digital palsu untuk menciptakan serangan phishing yang lebih meyakinkan dan sulit dikenali.
Merespons kondisi tersebut, Chief Security Officer dari Binance menyatakan bahwa perusahaan telah memperbarui sistem keamanan mereka, termasuk penyempurnaan validasi kode melalui pesan singkat untuk menanggulangi phishing.
Waspada adalah Kunci di Era Digital
Kejadian ini kembali menjadi pengingat bagi seluruh pengguna kripto untuk lebih waspada terhadap tautan atau pesan mencurigakan, meskipun terlihat sah. Di era digital yang semakin kompleks dan berbahaya, menjaga keamanan data pribadi adalah sebuah keharusan, bukan pilihan.