
Ether Pecahkan Rekor, Bitcoin Tertinggal
Harga Ether Mencapai Rekor Tertinggi Sejak 2021
Harga Ether (ETH) mencatat rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, dengan kenaikan yang signifikan pada akhir pekan lalu. Pada Minggu (24/8/2025), harga mata uang kripto ini sempat menyentuh angka 4.954,81 dolar AS atau sekitar Rp 80,5 juta. Angka ini menjadi yang terbesar sejak tahun 2021, menunjukkan pertumbuhan yang pesat di pasar kripto.
Meskipun terjadi kenaikan tajam, pergerakan harga Ether terus berfluktuasi. Pada akhirnya, harga turun sedikit, hanya naik kurang dari 1 persen menjadi 4.776,46 dolar AS (sekitar Rp 77,6 juta). Meski demikian, penurunan ini tidak begitu besar dan menunjukkan bahwa permintaan terhadap Ether masih cukup kuat.
Sementara itu, Bitcoin (BTC) mengalami penurunan signifikan. Harga BTC sempat turun ke level terendah sejak 10 Juli, yaitu 110.779,01 dolar AS (sekitar Rp 1,79 miliar). Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran 112.000 dolar AS (sekitar Rp 1,82 miliar), turun hampir 2 persen dari titik puncaknya sebelumnya.
Pada tanggal 13 Agustus, Bitcoin sempat mencatat rekor baru dengan harga 124.496 dolar AS (sekitar Rp 2,02 miliar). Namun, tren penurunan terus berlanjut setelahnya. Kenaikan harga kripto pada Jumat lalu sempat didorong oleh sentimen positif dari pasar global. Salah satu faktor utama adalah sinyal penurunan suku bunga dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Hal ini membuat investor kembali memasuki aset berisiko, termasuk Ether dan Bitcoin.
Pada saat itu, Ether melonjak sebesar 15 persen, sementara Bitcoin naik sekitar 4 persen. Meski demikian, dalam beberapa minggu terakhir, Ether lebih dominan dibanding Bitcoin. Lonjakan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti regulasi yang semakin jelas, peningkatan minat terhadap stablecoin, serta pembelian besar-besaran oleh perusahaan-perusahaan besar.
Salah satu contohnya adalah Bitmine Immersion Technologies, sebuah perusahaan treasury Ether yang dipimpin oleh analis Wall Street Tom Lee. Perusahaan ini baru-baru ini membeli Ether senilai 45 juta dolar AS (sekitar Rp 730 miliar), menurut data dari Arkham. Pembelian ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar mulai melihat Ether sebagai aset yang layak untuk investasi jangka panjang.
Ben Kurland, CEO platform riset kripto DYOR, mengatakan bahwa tren ini menandai pergeseran besar di pasar kripto. Ia menilai bahwa pembeli kini lebih unggul daripada penjual. “ETF ETH menarik arus masuk yang stabil, dan perusahaan publik mulai memperlakukan ETH sebagai aset treasury yang dapat mereka gunakan untuk mendapatkan imbal hasil,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa permintaan dari perusahaan-perusahaan tersebut lebih stabil dibanding spekulasi ritel. Selain itu, hampir sepertiga pasokan Ether terkunci dalam staking, solusi penskalaan sudah matang, dan adanya pemangkasan suku bunga yang akan menurunkan biaya modal. Kekuatan-kekuatan ini mengubah level resistensi 4.000 dolar AS menjadi fondasi untuk menentukan harga ulang babak selanjutnya dari Ether.