Strategi Telkomsel Hadirkan 5G Lancar Meski Frekuensi Terbatas

Strategi Telkomsel dalam Mengoptimalkan Jaringan 5G

Telkomsel, salah satu operator seluler terbesar di Indonesia, memiliki strategi yang matang untuk memastikan jaringan 5G mereka berjalan optimal dan dapat dinikmati dengan nyaman tanpa gangguan. Salah satu teknologi yang digunakan adalah Non-Stand Alone (NSA), yang menjadi bagian penting dari arsitektur jaringan Telkomsel.

Direktur Network Telkomsel, Indra Mardiatna, menjelaskan bahwa teknologi NSA memungkinkan perusahaan menggunakan inti jaringan 4G sebagai dasar pengoperasian jaringan 5G. Dengan demikian, Telkomsel bisa menggabungkan spektrum 4G dan 5G agar kecepatan unduh jaringan 5G lebih maksimal.

“Dengan teknologi NSA, kami bisa menggabungkan spektrum 4G dan 5G supaya kecepatan unduh jaringan 5G Telkomsel bisa lebih maksimal,” ujar Indra dalam acara “5G Coverage Expansion Bandung” yang diadakan di Wheels Coffee & Roasters, Bandung, Senin (21/7/2025).

Indra menambahkan bahwa kecepatan download 5G Telkomsel berkisar antara 500-600 Mbps, dengan rata-rata 100-200 Mbps. Kecepatan ini dinilai sudah cukup optimal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Selain itu, pemanfaatan teknologi NSA juga menjadi salah satu cara untuk menyediakan layanan 5G super cepat (Hyper 5G) meskipun ada keterbatasan frekuensi untuk 5G. Secara teknis, frekuensi 5G Telkomsel saat ini berada di spektrum 2.300 MHz (n40). Di sini, mereka memanfaatkan lebar pita 30 MHz untuk jaringan 5G, sedangkan sisanya (20 MHz) digunakan untuk jaringan 4G.

Indra mengakui bahwa layanan 5G akan lebih ideal jika memiliki bandwidth 100 MHz. Namun, melalui teknologi NSA, Telkomsel mampu “membantu” bandwidth 30 MHz untuk 5G dengan bandwidth 20 MHz yang tersedia untuk jaringan 4G.

Pengembangan Jaringan 5G di Indonesia

Ke depannya, Telkomsel akan terus mengembangkan jaringan 5G atau Hyper 5G di Indonesia agar semakin optimal dan ideal. Hal ini tentunya akan bergantung pada penyediaan spektrum baru oleh pemerintah serta faktor-faktor lain yang berkaitan dengan pengoptimalan jaringan 5G.

Tiga Layer Frekuensi untuk Layanan 5G

Untuk menggelar layanan 5G di Tanah Air, diperlukan tiga layer frekuensi, yaitu:

  • Pita atas (upper band): Berada di 26 GHz
  • Pita tengah (middle band): Berada di frekuensi 2,6 GHz
  • Pita bawah (lower band): Berada di 700 MHz – 800 MHz

Spektrum 700 MHz memiliki keunggulan dalam jangkauan yang luas, mencapai radius di atas 5 km persegi, tetapi kapasitasnya relatif kecil. Sementara frekuensi 2,6 GHz memiliki kapasitas yang lebih besar, meski jangkauannya lebih sempit. Spektrum 26 GHz memiliki kapasitas sangat besar dan kecepatan tinggi, namun jangkauannya makin sempit.

Frekuensi 2,6 GHz sebelumnya digunakan untuk penyiaran lewat satelit seperti Indovision. Lisensi spektrum ini akan berakhir pada 2024. Setelah itu, spektrum tersebut akan dialihkan untuk layanan 5G.

Sementara itu, frekuensi 700 MHz sebelumnya digunakan untuk siaran televisi analog. Setelah penutupan siaran televisi analog (analog switch off/ASO), terdapat alokasi lebar pita sebesar 112 MHz di frekuensi 700 MHz. Dari jumlah tersebut, hanya 90 MHz yang akan dilelang untuk empat operator seluler, sehingga setiap operator mendapat rata-rata 22,5 MHz.

Di frekuensi 26 GHz, terdapat alokasi lebar pita seluas 2,7 GHz. Pada akhir tahun 2024 lalu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana menggelar lelang untuk tiga frekuensi yang akan digunakan untuk layanan 5G. Rencana awalnya lelang akan dilakukan pertengahan tahun, tetapi hingga saat ini belum ada informasi baru terkait lelang frekuensi untuk 5G.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Back to top button
Close

Adblock Terdeteksi

LidahTekno.com didukung oleh iklan Google Adsense untuk menyediakan konten bagi Anda.Mohon pertimbangkan untuk menonaktifkan AdBlocker atau menambahkan kami ke dalam whitelist Anda agar kami dapat terus memberikan informasi dan tips teknologi terbaik.Terima kasih atas dukungan Anda!